Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

4 Tips Menampilkan Karakter Dalam Flash Fiction

Karakter Dalam Flash Fiction
Source: pixabay.com

4 Tips Menampilkan Karakter Dalam Flash Fiction - Kehadiran karakter wajib hukumnya dalam sebuah cerita fiksi, tanpa kecali flash fiction 100 kata.

Pembaca mencari seseorang didalam cerita, bahkan jika ‘seseorang’ itu adalah hewan atau tumbuhan yang dipersonifikasikan. Karakter hadir dalam sebuah cerita melalui motif/tujuan yang hendak dicapainya, tantangan/konflik yang dihadapinya (apakah itu tantangan yang bersifat eksternal ataupun internal -pergulatan psikologis) dan, perubahan yang dialami karakter bersangkutan diakhir cerita (apakah dia berhasil mencapai tujuan, serta dampak yang dialaminya atas perubahan tersebut).

Pengalaman saya menulis flash fiction sejak bulan maret 2010, menunjukkan beberapa hal mengenai karakter dalam flash fiction, yang khas, serta membedakannya dari kategori fiksi yang lebih panjang. 

Pada fiksi yang lebih panjang, karakter bisa menjadi cerita itu sendiri, karena leluasa dieksplorasi lebih detil dan mendalam, mulai dari masa lalu karakter, ciri fisik dan psikisnya, serta keunikan yang membedakan tiap karakter.

Sementara, fiksi mini 100 kata sepintas lalu menempatkan karakter sebagai pemeran cerita belaka, alih-alih menjadi cerita itu sendiri. 

Penulis sekedar memperalat karakter untuk menyampaikan tema atau moral cerita yang hendak disampaikannya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh 2 hal;

1. Tidak mungkin menayangkan latar belakang (backstory) karakter bersangkutan dalam flash fiction. Tak ada ruang untuk menceritakan masa lalu karakter; apa yang menyebabkan dia memiliki motif tertentu; apa peristiwa masa lalu yang membentuk karakteristiknya dan; membuatnya terlibat dalam konflik.

Seolah menjadi hukum tak tertulis, kalimat pertama pada flash fiction 100 kata diawali dipertengahan aksi, dimana karakter lansung ditayangkan terlibat dipuncak konflik.

2. Sosok karakter pada flash fiction cenderung dua dimensi, sehingga pembaca tidak merasa intim dengan karakter. Ini disebabkan oleh kemustahilan melukiskan daftar ciri-ciri fisik (wajah, bentuk tubuh) serta tabiat khas (misalnya; gaya berpakaian, kebiasaan mengupil, menggaruk kepala, etc), pada cerita yang dibatasi maksimal 100 kata.

Namun begitu, pembatasan maksimal 100 kata bukan alasan untuk memposisikan elemen karakter sekedar pelengkap belaka. Penulis tetap harus berhati-hati dalam memilih karakter, menentukan jumlah karakter, memberinya peran, dan memerankannya sesuai dengan tujuannya hadir didalam cerita.

Berhasil tidaknya tema atau moral cerita sampai kebenak pembaca tetap tergantung pada keberhasilan karakter dalam memerankan cerita. Susah-susah gampang, tapi berikut ini beberapa tips yang mungkin bisa membantu kita.

4 Tips Menampilkan Karakter Dalam Flash Fiction

1. Pertama-tama, harus dipahami bahwa karakter hadir dalam cerita untuk memenuhi sebuah fungsi & tugas tertentu. Tak ada karakter yang hadir tanpa kepentingan dalam cerita, apakah karakter bersangkutan tokoh dominan dalam cerita atau pendukung, protagonist atau antagonis ?

Setiap karakter hanya hadir untuk memerankan sebuah adegan/tindakan, atau dialog, yang fungsinya membawa alur cerita bergerak kedepan. Setiap karakter dalam flash fiction sama pentingnya (kecuali jika cerita anda hanya berkisah tentang konflik internal satu orang tokoh).

Cerita saya yang berjudul Tersangka menghadirkan sekitar 5 karakter sekaligus, yang sama pentingnya, dan masing-masing bertugas mengucapkan satu baris dialog dan satu tindakan dalam mengantar pembaca memahami tujuan cerita yang hendak saya sampaikan.

2. Sebuah dialog menandakan kehadiran karakter, bahkan jika nama karakter bersangkutan tidak disebutkan selama dialog berlansung. Makanya, dialog adalah cara terbaik untuk menghadirkan karakter, sekaligus cara termudah untuk menunjukkan, bukan mengatakan (show don’t tell).

Ketimbang memakai narasi, dialog lebih dianjurkan sebab bisa menampakkan karakteristik tokoh, sifat & motifnya, melalui kalimat, diksi, & gaya bahas tokoh. Karakter bisa diidentifikasi pembaca melalui ucapan-ucapannya, apakah dia karakter baik, jahat, pesimis, optimis, lembut, pemarah, ketus, sinis, dsb. Intinya, karakter dalam cerita bisa tampil  tiga dimensi dengan pemakaian dialog.

3. Ada banyak flash fiction 100 kata yang menyelipkan narasi pendek, sebanyak 2 atau 3 baris kalimat disela-sela dialog. Narasi itu bisa berupa tindakan, gestur, atau mimik yang diperagakan oleh karakter. Adegan dalam narasi sedapat mungkin tidak terkesan datar, tapi dimanfaatkan guna memperdalam karakteristik tokoh cerita.

Disinilah perlunya memilih kata konotatif, bermakna ganda, untuk memberi tekanan emosional tertentu. Contohnya kata berjalan, bisa diganti dengan; berjinjit, yang menampilkan kesan karakter sedang berhati-hati, awas, waspada; Tertatih-tatih, yang melukiskan kesan tak berdaya, cedera/sakit, umur tua; Mengendap-endap, memberi nuansa ketakutan, pencuri, musuh, gelap, malam, niat jahat.

4. Dengan asumsi keterbatasan kata, ada banyak artikel tips menulis di internet yang membatasi maksimal 2 – 3 karakter saja dalam flash fiction 100 kata. Saya kurang mengerti apa maksudnya. Sebenarnya, selama kita kreatif mengolah tema & sudut pandang penceritaan, jumlah karakter utama maupun karakter pendukung bisa lebih dari itu.

Pengalaman saya menentukan jumlah karakter yang dipakai, tergantung pada jenis konflik yang hendak dibangun & resolusi yang hendak dicapai. Contohnya bisa anda lihat pada Tersangka & Anonim.

Menampilkan karakter yang lebih hidup dalam flash fiction merupakan kreatifitas tersendiri, sering tidak ditemukan pada jenis fiksi yang lebih panjang. 

Selalu ingat bahwa flash fiction 100 kata hanya membatasi maksimal jumlah kata, bukan kreatifitas anda.

Posting Komentar untuk "4 Tips Menampilkan Karakter Dalam Flash Fiction"